Pengantar redaksi: Para ulama pakar perbandingan aliran Islam mencatat bahwa Syiah itu ada tiga jenis golongan. Pertama, Syiah Ghaliyah atau Ghulat yang berpandangan ekstrim seputar Ali bin Abi Thalib Radhiyallohu anhu, sampai pada taraf menuhankan Ali atau menganggapnya nabi. Kelompok ini sangat jelas kesesatan dan kekfirannya. Kedua, Syiah Rafidhah yang mengklaim adanya nash / teks wasiat penunjukkan Ali sebagai khalifah dan mencaci dan mengkafirkan para sahabat nabi. Kelompok ini telah meneguhkan dirinya ke dalam sekte Imamiyah Itsna Asyariyah dan Ismailiyah. Golongan ini disepakati kesesatannya oleh para ulama, tapi secara umum tidak mengkafirkan mereka. Ketiga Syiah Zaidiyah yaitu pengikut Zaid bin Ali Zainal Abidin yang mengutamakan Ali Radhiyallohu anhu atas sahabat lain dan menghormati serta loyal kepada Abu Bakar dan Umar Radhiyallohu anhu sebagai khalifah yang sah.
Umumnya ulama Sunni dahulu menerima
mazhab Zaidiyah terutama dalam fiqih dan hadits, seperti penerimaan kitab Naylul
Awthar (syarah hadits) dan Irsyad al-Fuhul (ushul fiqih) karya Imam
As Syaukani dan Subul as-Salam Syarh Bulughl al-Maram karya Imam
As-Shan’ani. Tetapi tokoh Sunni seperti Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari
pendiri sekaligus Rais Akbar Nahdhatul Ulama, menolaknya dan menyatakan
mazhab Imamiyah dan Zaidiyah kedua duanya tidak sah diikuti umat Islam dan
tidak boleh dipegang pendapatnya sebab mereka adalah ahli bid’ah. (Buku
panduan MUI, Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia, hal
33-34).
Namun bagaimana Syiah Zaidiyah hari
ini? Berikut ini kami tampilkan tulisan pengasuh Yayasan Pesantren Al Islam
Bekasi, yang juga peneliti aliran-aliran sesat Ustadz Anung Al Hammat Lc.
MPd.I, berjudul “Sekelumit tentang Syiah Zaidiyah”.
Dengan segala kesesatan dan
penyimpangannya Syi’ah Zaidiyah dinyatakan sebuah sekte yang paling dekat
dengan Ahlus Sunnah. Hal ini dikarenakan mereka tidak bersikap ekstrim
sebagaimana kelompok Syi’ah lainnya. Namun apakah ini berlaku untuk seterusnya?
Syi’ah Zaidiyah dinisbatkan kepada
Zaid bin Ali Zainal Abidin. Ali Zainal Abidin yang merupakan ayahandanya
termasuk sosok yang cinta kepada para sahabat seperti Abu bakar, Umar dan
Utsman. Bahkan beliau menilai kalangan yang senantiasa mencaci maki para
sahabat merupakan kalangan yang melecehkan Islam dan bukan bagian dari Islam.
Pemahaman ayahnya tersebut rupanya diikuti oleh anaknya, Zaid bin Ali. Zaid bin
Ali Zainal Abidin merupakan sosok yang ‘alim, taqwa, pemberani, senatiasa
berpegang kepada Al Qur’an dan Sunnah.
Karena sikapnya yang mengikuti jejak
langkah ayahnya dalam mencintai para sahabat inilah yang kemudian beliau
dikhianati dan ditinggalkan oleh pengikutnya. Hingga yang tersisa dengan beliau
hanya tinggal 500 orang. Sebagian kalangan menyatakan bahwa sempat terjadi
interaksi antara Zaid dan Washil bin ‘Atha seorang tokoh Mu’tazilah. Sehingga
dalam beberapa hal Zaid terpengaruh oleh pemikiran Washil.
Ahmad bin ‘Isya bin Zaid yang
merupakan cucu dari Zaid tinggal di Irak dan banyak berinteraksi dengan
murid-murid Abu Hanifah. Dengan demikian ada kalangan yang menyimpulkan bahwa
dari sisi akidah Syi’ah Zaidiyah ada kemiripan dengan Mu’tazilah dan dalam masalah
fikih lebih dekat kepada madzhab Hanafi.
Secara ringkas berikut ini adalah
aqidah Syi’ah Zaidiyah, yang sesungguhnya sama dengan keyakinan Mu’tazilah:
- Tauhid
- Keadilan
- Manzilah bainal manzilatain; pelaku dosa besar tidak dikafirkan akan tetapi berada di antara posisi
- Realisasi ancaman; Allah Ta’ala akan memasukan para pelaku dosa besar ke neraka dan kekal di dalamnya.
- Amar ma’ruf dan nahi munkar.
Meskipun ada perbedaan antara Syi’ah
Zaidiyah dan Syi’ah Imamiyah, namun kalangan Syi’ah Zaidiyah pada masa kini
sudah menyelisihi pendahulunya. Selain di antara mereka ada yang menyatakan
kemaksuman Fatimah, Ali, Hasan dan Husain juga seperti yang dinyatakan
Sahrasytani dalam kitabnya ‘al Milal wa an Nihal’; kebanyakan dari Syi’ah
Zaidiyah banyak yang mencela para sahabat sebagaiaman yang dilakukan kalangan
Imamiyah.
Shalih bin Mahdi al Muqbili yang
merupakan seorang tokoh Yaman menyatakan; kalangan Zaidiyah tidak mempunyai
kaidah yang baku kadang mereka mencela sebagian sahabat seperti Abu Hurairah,
Jarir al Bajali dan Ummu Habibah. Hal ini karena mereka menganggap bahwa para
sahabat tersebut meriwayatkan hadits-hadits yang bertentangan dengan hawa nafsu
mereka. Namun ketika riwayatnya sesuai dengan mereka, maka mereka menerimanya.
Bukti lain dari pergeseran Syi’ah
Zaidiyah saat ini yang semakin merapat kepada Syi’ah Imamiyah adalah mereka
menyatakan bahwa kepemimpinan harus melalui jalur keturunan Fatimah. Dan
masih banyak lagi kemiripan mereka dengan Imamiyah selain yang sudah
disebutkan. Merapatnya kalangan Syi’ah Zaidiyah semakin terlihat pasca revolusi
Iran yaitu pada tahun 1979.
0 komentar:
Posting Komentar