Perkembangan aliran Syiah di
Indonesia mengalami akselerasi yang luar biasa sejak meletusnya Revolusi Iran
menumbangkan Rezim Syah Iran Reza Pahlevi, sekitar 1970. Pada masa itu, banyak
kalangan muda, baik dari kalangan pondok pesantren maupun kalangan perguruan
tinggi terkagum kagum dengan revolusi tersebut.
Titik pusat kekaguman tersebut
adalah karena revolusi yang berhasil menumbangkan rezim zhalim dan antek
Amerika sekaligus antek zionis Israel. Sehingga image yang dihasilkan
dari revolusi Iran tersebut, adalah menjadi ikon bagi kalangan muda untuk
menentang hegemoni Amerika dan Israel yang sangat kuat di dunia
Islam. Image dan citra sebagai penentang Amrika dan Israel tersebut
terus dipropagandakan secara sistematis sebagai pintu masuk penyebaran aliran
syiah di Indonesia.
Lima tahapan aliran Syiah dalam
menyebarkan ajarannya adalah sebagai berikut, yaitu:
Pertama, membangun keyakinan bahwa Iran dan “Hizbullah”
Lebanon-lah pihak satu-satunya yang melawan Amerika dan Zionis. Taktik ini
menjadi pintu utama bagi kalangan Syiah dalam mempengaruhi anak muda yang
memiliki semangat perlawanan terhadap hegemoni Amerika dan Israel di dun ia
saat ini. Dengan slogan slogan anti Amerika dan anti Israel ini, anak anak muda
yang hanya bermodalkan semangat perlawanan tanpa memperhatikan aspek akidah,
akan hanyut terbawa.
Kedua, mengeksploitasi peristiwa Karbala dengan bersikap ghulu
(berlebih-lebihan) untuk menarik simpati kalangan awam agar membenarkan
kelompok Syiah.
Ketiga, mengedepankan penggunaan akal, logika dan nalar serta
argumen bersifat politik dalam beragama, terutama dalam meriwayatkan
pemerintahan era Muawiyah.
Keempat, menggiatkan “Studi Kritis”
terhadap hadits-hadits Ahlus Sunnah, khususnya Bukhari dan Muslim, bahkan
hingga riwayat sejumlah shahabat, teristimewanya Abu Hurairah RA, dengan
berbasiskan logika dan nalar politik.
Kelima, mencela istri-istri Rasulullah SAW dan para sahabat
seperti Abu Bakar RA, Umar bin Al-Khaththab RA dan Ustman bin Affan RA.
Dua Kubu besar kelompok Syiah di
Indonesia :
- Kubu pertama adalah LKAB (Lembaga komunikasi Ahlul Bait) yang merupakan wadah para alumni al Qum.
Kubu ini
dimotori oleh ICC Jakarta yang merupakan perpanjangan tangan pemerintah
Republik Islam Iran (RII). LKAB membawai Yayasan Al Munthazar, Fathimah
Aqilah, Ar Radiyah, Mulla Sadra, An Naqi, Al Kubra, Al Washilah, MT Ar Riyahi
dan gerakan dakwah Al Husainy. LKAB berkantor di Jl Bintaro KODAM Grand Bintaro
Jaksel.
- Kubu kedua dipegang oleh IJABI.
Dalam kubu
ini metode taqiyah kurang disenangi. Sebaliknya, IJABI tampak lebih pluralis.
Hal ini terlihat dari beberapa tokoh Sunni yang menjadi pengikut
IJABI. Kiblat IJABI, bukanlah ke Iran, melainkan Marja Lebanon di
bawah pimpinan Ayatollah Sayyed Mohammad Hussein Fadlallah. Tokoh utama di
Indonesia adalah Dr Jalaluddin Rahmat.
0 komentar:
Posting Komentar